Oleh: Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
Dari ‘Ubaidullah bin Mughirah, dia berkata: Saya pernah mendengar Abdullah bin Harits bin Jaz’ berkata: ” Saya tidak pernah melihat seorangpun juga yang lebih banyak tersenyum dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam “.
Hadits Shahih. Telah dikeluarkan oleh Ahmad (4/190 & 191) dan Abdullah bin Mubarak di kitab ” Zuhud ” (no.145) dan yang selainnya keduanya dari jalan Abdullah bin Lahi’ah dari ‘Ubaidullah bin Mughirah, dari Abdullah bin Harits bin Jaz’ seperti di atas.
Abdullah bin Lahi’ah adalah seorang rawi yang buruk hapalannya, akan tetapi riwayat Abdullah bin Mubarak dari Abdullah bin Lahi’ah – seperti hadits ini yang langsung dikeluarkan oleh Abdullah bin Mubarak di kitab Zuhud dari jalan Abdullah bin Lahi’ah – adalah Shahih sebagaimana telah saya jelaskan di kitab Al-Masaa-il jilid 7 masalah ke 226 (no.951).
Karena Abdullah bin Mubarak telah meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Lahi’ah sebelum hapalan Abdullah bin Lahi’ah menjadi buruk disebabkan telah hilang terbakar kitab catatan hadits-haditsnya. Maka ketika kitab catatan haditsnya terbakar, dalam meriwayatkan hadits dia hanya mengandalkan hapalannya saja, maka terjadilah kesalahan-kesalahan di dalam riwayatnya. Oleh karena itu rawi-rawi yang menerima hadits darinya sesudah hapalannya rusak, maka haditsnya Dha’if kecuali dipakai sebagai syahid (penguat). Sedangkan rawi-rawi yang menerima hadits darinya sebelum kitab catatan hadits-hadits terbakar, maka haditsnya atau riwayatnya Shahih seperti Abdullah bin Mubarak dan lain-lain.
Kalau hadits yang mulia ini yang menjelaskan salah satu sifat dan kebiasaan dari Nabi yang mulia shallallahu’alaihi wa sallam mendapatkan tempat tersendiri di hati kita, maka yang terjadi adalah:
1. Kita akan dapat dengan mudah meraih sejumlah pahala hanya dengan tersenyum…dan tersenyum…dan tersenyum lagi. Kecuali pada sebagian keadaan dan pada sebagian orang yang memang tidak disyari’atkan untuk tersenyum…
Dalam hadits Shahih diterangkan:
Dari Abu Dzar, dia berkata: Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah bersabda:” Janganlah kamu menganggap remeh (mengecilkan) perbuatan yang baik sedikitpun juga, walaupun kamu berjumpa saudaramu dengan wajah yang manis “. (Hadits Shahih, Telah dikeluarkan oleh Muslim (no.2626) dan lain-lain)
2. Akan menghilangkan kesusahan, kegundahan, kedukaan, kesedihan, kelelahan, keletihan di hati dan di fisik… Atau paling tidak menguranginya…
3. Akan menumbuhkan perasaan kasih dan sayang dan akan menjadikannya sebagai seorang yang pemurah.
4. Akan dikasih dan disayang.
5. Akan menghilangkan sifat pemarah dan dendam… Atau paling tidak menguranginya…
6. Akan membuat mukanya selalu tampak cerah dan berseri-seri.
7. Akan membuat hatinya bersama hati orang yang berhadapan atau bertemu dengannya menjadi lapang dan lega, hilanglah buruk sangka yang bersarang di hati…
8. Akan dapat menghilangkan berbagai macam penyakit atau paling tidak menguranginya dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla.
9. Mencontoh salah satu sifat dari sifat-sifat Nabi yang mulia shallallahu’alaihi wa sallam.
10. Menebarkan senyum dalam menyebarkan akhlak Islam. Yakni senyum yag hakiki yang dilandasi oleh keimanan dan mengharapkan pahala dari Rabbul ‘alamin, bukan senyum yang…
Disalin dari Kitab Al-Masaa-il Jilid 9 hal.138-140 (Masalah ke 270) oleh guru kami Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat ~semoga Allah menjaganya~
Abu Sahal al-Atsary
Jum’at, 25 Februari 2011
Jum’at, 25 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar